Rabu, 07 November 2012

PEMILIHAN MATERI DAN PENGALAMAN BELAJAR MATEMATIKA

BAB I
PEMILIHAN MATERI DAN PENGALAMAN BELAJAR MATEMATIKA
A.    PENDAHULUAN
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk "materi pokok". Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak murid.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Buku pun tidak harus satu macam dan bdak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.
Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/ pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
Perhatian terhadap pengembangan kurikulum  matematika  pada 20 sampai 30 tahun terkhir ini di banyak di Negara di dunia ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan matematika tidak sesuai lagi untuk kebutuhan. Kebutuhan hidup di masa kini terus berkembang bergantung kepada, dan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecendrungan semacam itu memerlukan akumulasi pengetahuan dan kemampuan yang lebih beasr sehingga siswa memgerti benar-benar bagaimana ia harus hidup. Orang harus memperbarui pengetahuan dan kemampuannya sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-perubahan maupun masalah-masalah yang dihadapi.
Kemajuan Negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata 60%-80% menggantungkan kepada matematika (santosa, 1976). Indonesia pun sebagai Negara yang sedang berkembang memerlukan matematika. Matematikanya sendiri telah berkembang dengan pesat sehingga, mengingat efektivitas dan efisiensinya, tidak mungkin kita menjejali siswa dengan setumpuk matematika tanpa memperdulikan kriteria tertentu. Dengan demikian pertanyaan yang menjadi “materi matematika yang mana yang diperlukan agar materi yang tersusun di silabus matematika cukup memberi dasar untuk memperoleh kemampuan pengembangan diri sendiri?”.
Di Negara-negara yang maju secara kontinu mengembagkan kurikulum matematikanya yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Perbedaan filosofi dan social budaya mempunyai peranan yang penting di dalam menjawab empat pertanyaan kurikulum matematika . Karena itu walaupun matematika itu bersifat universal, ini silabus matematika seyogyanya tidak menjiplak silabus matematika dari Negara lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa Negara yang menjiplak dengan sedikit adaptasi ternyata mengalami kegagalan. Misalnya silabus matematika Papua New Gunea yang mengambil alih silabus Australia, hasilnya sangat mengecewakan bahkan gagal total.
Karena itu bila ingin mencontoh suatu silabus dari Negara asing, perlu diseleksi dan disesuaikan dengan di Indonesia. Dengan demikian perlu diseleksi disesuaikan keadaan Indonesia. Dengan demikian perlu kiranya dipikirkan bagaimana cara memilih materi matematika yang diperlukan dan berguna bagi siswa. Sekaligus kita pikirkan juga bagaiman cara memilih pengalaman belajar yang cocok untuk siswa itu. Jadi sebenarnya kita sekarang berusaha mengisi komponen kedua dari model pengembangan kurikulum yang kita bicarakan.
B.     PEMILIHAN MATERI MATEMATIKA
Pemilihan materi ini merupakan jawab pertanyaan kurikulum “Apa” yaitu materi matematika yang mana yang kita pilih. Pemilihan materi matematika tidak harus berorientasi pada perguruan tinggi, sebab walaupun banyk profesi-profesi pada perguruan tinggi memerlukan matematika, harus diingat tidak semua siswa akan memasuki perguruan tinggi. Karena itu pemilihan materi matematika harus mempertimbangkan kepentingan siswa.
Nampaknya orang percaya bahwa makin banyak materi matematika yang diajarkan kepada siswa, makin terpelajrlah siswa itu karena sebagaimana Prof. Bachtiar Rivai (1976) mengatakan bahwa matematika sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan dalam arti kata yang dalam. Adapun Bruner (1960) mengatakan bahwa banyak materi matematika yang dapat diajarkan kepada siswa yang biasanya diajarkan pada perguruan tinggi asalkan bahasa dan metode yang dipergunakan dapat dimengertioleh siswa. Sheppard (175) di dalam laporannya juga mengatakan bahwa siswa-siwa pada tahap operasi konkrit mampu menyelesaikan suatu masalah secara logic bila masalah tersebut dipilih dengan menggunakan bahasa yang sederhana-tidak menggunakan bahasa yang kompleks.
Di dalam sidang komperensi matematika nasional bulan juli 1976, banyak pembicara yang menunjukkan kegunaan matematika disegala ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kepada perencanaan kota. tidak dapat dipungkiri, pendidikan matematika di sekolah, mulai dari SD ke SL anatara lain adalah untuk mempersiapkan ahli-ahli ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kepada ahli perencanaan kota tersebut. Jelas, materi matematika yang dianggap perlu diajarkan di sekolah menjadi sangat banyak bahkan menjadi “terlampau sarat” mengingat waktu studi matematika di sekolah sangat terbatas. Jadi memilih materi tersebut sudah dipikirkan juga tentang pengalaman belajar yang lalu dan yang akan disajikan kepada siswa. Karena matematika itu merupakan ilmu yang terstruktur dan cara memikirkannya menggunakan abstraksi dan geralisasi, maka kesiapan intelektual merupakan syarat mutlak bagi siswa yang mempelajari matematika. Kita harus menyadari juga bahwa cara berfikir siswa itu berbeda dengan cara berfikir orang dewasa. Misalnya kita sulit untuk menuntut siswa di tingkat permulaan sekolah lanjutan untuk berfikir aksiomatik sebab pada tingkat ini anak pada umumnya di dalam tahap transisi dari tahap berpikir operasi konkret ke operasi formal.  Dengan berpegang pada teori perkembangan intelektual itu, kita tidak akan memperkosa kemampuan intelektual anak, tetapi kita membimbing agar siswa secara wajar mencapai tahap operasi formal. Dengan demikian matematika yang dipelajari siswa itu sesuai dengan perkembangan intelektualnya sehingga matematika dipelajari tidak dirasakan sebagai paksaan melainkan dengan perasaan senang atau wajar saja. siswa tidak apriori dihinggapi matematika fobi.
Kriteria pemilihan materi matematika
Dari uraian di atas, jelas bahwa dalam menentukan materi matematika yang diajarkan di sekolah, kita terbentur pada masalah tentang “porsi” yang tepat. Yang dimaksud adalah usaha untuk mencapai suatu komposisi materi matematika yang tepat dan kedalaman yang cukup sehingga silabus matematika di sekolah dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kedalaman yang cukup berarti materi yang disajikan itu tidak berlebihan, tetapi cukup untuk memberikan dasar kepada siswa agar kelak mereka mampu mengembangan dirinya baik terhadap aplikasinya maupun matematika sebagai ilmu murni.
Kecendrungan pemilihan materi matematika adalah konsep-konsep dasar untuk menjamin kemapuan dasar. penekanannya lebih kepada pembentukan kosep dan struktur daripada sekedar teknik-teknik manipulasi sehingga diharapkan siswa mengerti matemayika yang ia pelajari. Ini bukan berarti keterampilan melakukan operasi matematika kita hilangkan sebab hal ini penting dan selalu digunakan.
Kecendrungan tersebut di atas harus menjadi perhatian bagi seorang pengembanng kurikulum matematika atau guru matematika. Namun sebagaimana yang telah dikemukakan, kriteria pemilihan materi matematika secara umum adalah: kevaliditasan, kesignifikansian serta kesiapan dan kegunaan.
1.      validitas
Materi yang dipilh harus mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian materi yang kita pilih itu tidak menyimpang dari tujuan yang sudah kita tetapkan. Misalnya obyektif yang telah kita tetapkan sebagai berikut: “siswa mampu menyelsaikan masalah sehari-hari dengan persamaan kuadrat”. Materi yang dipilih akan mendukung tercapainya tujuan tersebut adalah soal cerita yang penyelsaiannya menggunakan persamaan kuadrat, bukan dengan persamaan pangkat tiga. Soal cerita sendiri juga “terbatas” persoalan sehari-hari – jadi bukan misalnya mengenai sain murni. dari contoh ini jelaslah bahwa materi yang kita pilih tidak menjadi  “berlebihan”.
2.      signifikasi
Konsep-konsep disusun berhubungan sedemikian hingga berurutan secara hirarki dan merupakan kesatuan yang utuh. Yang perlu diperhatikan juga untuk konsep yang sama, harus dijamin bahwa suatu konsep yang diajarkan di suatu tingkat tidak bertentangan dengan tingkat sebelumnya atau berikutnya. Jadi yang boleh berbeda dengan cara penyampaian saja. Misalnya kita hendak menyajikan tentang kosep fungsi. Yang dipermasalahkan bagaimana ide fungsi diajarkan pada suatu tingkat tertentu.
3.      Kesiapan dan kegunaan
Materi yang dipilih untuk disajikan harus mudah dipelajari siswa dan dapat dilaksanakan di depan kelas. Jadi di sini nampak jelas, kesiapan siswa di dalam memilih materi perlu mendapat perhtian yang serius. Di samping itu kegunaan dari materi yang dipilih itu perlu mendapat perhatian. suatu topic yang dapat dipelajari dan diajarkan di depan kelas namun tidak berguna bagi anak sebaiknya materi tersebut tidak dipilih . Misalnya bilangan dengan basis 13 dapat dipelajari anak tetapi barangkali kurang berguna bagi anak sehingga sebaiknya materi semacam itu tidak kita pilih. Demikian juga operasi terhadap operasi (seperti operasi * terhadap himpunan bilangan real yang didefiniskan sebagai a*b=a+3ab+b) sangat sulit dipelajari siswa yang masih berada di tahap berpikir operasi konkrit belum siap menerima pelajaran semacam itu. Eksperimen semacam itu telah dilakukan oleh Collis (1975) dan ia membenarkan hal tersebut. Karena itu materi semacam itu sebaiknya tidak dipilih untuk materi SD.
Mengenai konsep himpunan tidak hanya berguna untuk mempelajari matematika selanjutnya, tetapi juga mudah dipelajari oleh ssiwa pada tahap berpikir operasi konkrit. kemudahannya siswa mempelajari kosep himpunan itu dijamin oleh teori piaget. Sisw-siswa pada tahap berpikir operasi konkrit itu mampu mengklasifikasi obyek-obyek. Dengan demikian siswa tahu bahwa suatu himpunan itu merupakan himpunan bagian dari keseluruhan.
Dengan demikian konsep himpunan sudah sewajarnya kalau dipilih untuk diajarkan di SD. Jelaslah bahwa tinjauan kita tidak hanya suatu materi itu berguna bagi siswa tetapi juga konsep-konsep yang disajikan itu haruslah sesuai dengan kemampuan siswa. Pengalaman-pengalaman belajar yang lalu juga sangat bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar baru.
Langkah-langkah memilih materi matematika
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2.      Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a.       Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
b.      Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
c.       Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.
d.      Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
e.       Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
f.       Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
3.      Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan "jembatan keledai", "jembatan ingatan" (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah "demonstrasi".
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, ? Kalau jawabannya "ya" maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah "fakta".
Contoh:
Kaitan kata “lima” dan symbol “5” dan sebagainya.
b)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya "ya" berarti materi yang harus diajarkan adalah "konsep".
Contoh :
Seorang guru menunjukkan beberapa contoh bangun datar kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk “segitiga” dan “yang bukan termasuk segitiga”.
c)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut untuk menemukan suatu konsep atau rumus ? Bila "ya" maka materi yang harus diajarkan adalah "prosedur".
Contoh :
Langkah-langkah menetukan rumus keliling dan luas daerah lingkaran.
d)     Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya "ya", berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori "prinsip".
Contoh :
dua segitiga dikatakan kongruen jika dua pasang sisinya sama panjang dan sudut yang diapit kedua sisi itu sama besar.
4.      Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
Berikut ini diberikan suatu contoh langkah-langkah untuk memilih suatu materi matematika, misalnya untuk SMU, dengan menggunakan kriteria di atas.
1.      Misalnya obyektif yang telah dirumuskan sebagai berikut
“Siswa mampu menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika”. Materi yang mendukung pencapaian obyektif itu adalah rumus-rumus integral tidak pada tempatnya untuk dipilih walaupun sebenarnya integral merupakan kebalikan dari hasil bagi diferensial dan turunannya didasarkan atas kriteria validitas.
2.      Konsep-konsep hasil bagi diferensial dan turunannya perlu kita susun secara hirarki hingga memungkinkan untuk menyelsaikan masalah-masalah matematika.
Contoh: konsep harga ekstrim
urutan hasil bagi konsep diferensial sampai harga ekstrim
Dalam menjelaskan konsep harga ekstrim dengan menggunakan konsep turunan harus dijaga jangan sampai terjadi kontradiksi dengan pada saat menjelaskan konsep harga ekstrim dengan menggunkan grafik. Yang diutamakan di sini bagaimana menjelaskan ide harga ekstrim dengan menggunakan konsep turunan. Langkah ke-2 ini menunjukkan kriteria signifikasi menjadi perhatian kita dalam menyusun materi yang akan kita ajarkan kepad siswa.
3.      Siswa SMU pada umumnya sudah berada dalam tahap berpikir formal.
Penjelasan yang menggunakan sifat-sifat dan grafik sudah dapat dimengerti para siswa. Rumus-rumus juga sudah dapat ditangkap dengan baik oleh para siswa. Dengan demikian para siswa memang sudah siap menerima materi semacam itu.
Hanya ekstrim dengan menggunakan turunan itu memudahkan penyelesaian masalah-masalah matematika yang elementer dan merupakan konsep-konsep serta teknik-teknik dasar untuk studi lebih lanjut. Hasil bagi diferensial, turunan-turunannya dan harga ekstrim sangat berguna untuk matematika terpakai. Jelas pemilihan materi-materi matematika tersebut menggunakan krieteria kesiapan dan kegunaan.
Dari uraian di atas jelas bahwa untuk mencapai obyektif “siswa mampu menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaiakan masalah-masalah matematika” materi matematika yang diperlukan adalah konsep hasil bagi diferensial dan rumus-rumusnya sampai kepada konsep harga ekstrim. penekanan kiranya cukup jelas kepada jenis ke 2 sebagai alat untuk menyelsaikan masalah-masalah sederhana yang berkaitan dengan harga ekstrim.
Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
C.     PEMILIHAN PENGALAMAN BELAJAR
Pemilihan pengalaman belajar ini juga merupakan jawaban pertanyaan kurikulum “Apa” yaitu pengalaman belajar yang mana yang akan dipilih. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab atau pembahasan sebelumnya bahwa pengalaman belajr dilukiskan sebagai interaksi anatara siswa dan materi matematika yang dipelajari siswa sehingga interaksi itu menyebabkan perubahan tingkah laku siswa. Jadi di sini Nampak bhwa pengalaman belajar merupakan suatu proses dan bukan menunjukkan hasil . Jelas pula bahwa tidak sembarang pengalaman belajar akan menjamin terjadinya proses interaksi antara siswa dan materi matematika yang disajikan. Dengan demikian pemilihan pengalaman belajar memerlukan kriteria sehingga pengalaman belajar yang kita pilih dapat menjamin terjadinya interkasi antar siswa dan materi matematika yang kita pilih.
Kriteria pemilihan penglaman belajar
Proses belajar akan berjalan sebagaiman mestinya bila siswa ikut berpartisispasi dengan aktif. Pemilihan jenis pengalaman belajar cenderung kepada bagaimana mengaktifkan siswa di dalam mempelajari materi matematika. Tentu saja pengalaman belajar yang lampau sanagt mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami siswa. Kalau pengalaman belajar yang lamapau hany sekedar berlatih keterampilan memanipulasi symbol-simbol tanpa pengertian, dikhawatirkan proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru tidak dapat tercapai.
Mirip dengan kriteria pemilihan materi yang telah disebutkan, terdapat tiga kriteria pemilihan pengalaman belajar, yaitu: validitas, variasi serta kesiapan
1.      Validitas
Penglaman belajar yang kita pilih haruslah yang dapat membantu tercapainya obyektif. Pengalaman belajar yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat mengubah tingkah laku siswa sehingga siswa tersebut menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan kehendak kita. Misalnya obyektif yang kita rumuskan sebagai berikut:”diberikan data matematik, siswa mampu merumuskan generalisasinya”. Jika pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa hanya mendengar informasi guru bagaimana membuat generalisasi, maka pada umumnya siswa tidak akan mencapai obyektif itu. Tetapi apabila pengalaman belajar itu berlatih menemukan pola-pola sehingga siswa mampu merumuskan generalisasi, maka pengalamn belajar yang semacam ini akan menjamin tercapainya obyektif itu. Hal ini disebabkan pengalaman belajar siswa memenag mendukung tercapainya obyektif.
Contoh lain, obyektif dirumuskan sebagai berikut: ”siswa mampu mengatakan kembali definisi-definisi yang telah dipelajari”. Pengalaman belajar yang dapat mendukung obyektif itu cukup dengan mempelajari definisi-definisi melalui membaca atau mendengarkan infornmsi saja; artinya tidak perlu harus berlatih merumuskan definisi definisi tersebut dengan bahasa siswa sendiri.
2.      Variasi
Untuk memperlancar tercapainya obyektif, pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa untuk suatu konsep harus bervariasi. Dengan memberikan pengalaman belajar dalam bentuk situasi yang bermacam-macam untuk suatu konsep matematika, siswa akan lebih mudah mencapai obyektif itu. Misalnya: “siswa mampu mengatakan kembali definisi-definisi yang telah dipelajari”. Informasi yang di dengar atau dibaca siswa itu tentunya tidak hanya sekedar terdiri atas satu atau dua kalimat yang dengan tepat mendefinisikan suatu kosep misalnya, tetapi sebelum definisi fungsi yang tepat diberikan siswa menerima informasi berupa contoh-contoh yang menunjukkan fungsi atau bahkan juga yang bukan fungsi sesuai dengan pengalamn belajar siswa yang lampau.
3.      Kesiapan
Pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa. misalnya untuk siswa SMP kleas 1, tentunya tidak pada tempatnya bila pengalaman belajar yang berupa pembuktian teorema-teorema dengan metode deduktif. Barangkali cukuplah sudah bila pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa SMP kelas 1 itu berupa membuktikan teorema-teorema secara intuitif saja.
Dengan demikian juga pengalaman-pengalaman belajar yang lampau sangat mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar baru. Pengalaman belajar yang lalu itu memungkinkan adanya struktur kognitif siswa untuk memudahkan asimilasi terhadap pengalaman-pengalaman baru. Faktor-faktor tahap berpikir siswa dan pengalaman belajar yang lampau menetukan kesiapan siswa untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
Langkah-langkah memilih pengalaman belajar
Berikut ini diberikan suatu contoh langkah-langkah untuk memilih pengalaman belajar, misalnya untuk SMU dengan menggunakan kriteria di atas. Adapun materi matematika yang kita pilih sama dengan apa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya.
1.      Obyektif yang dirumuskan: “siswa mampu menggunakan rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaikan masalah-masalah matematika”. Pengalaman belajar yang relevan dengan obyektif ini misalnya, adalah mendengarkan informasi, berlatih menghitung turunan untuk bermacam-macam fungsi, berlatih menggunakan aturan-aturan hasil bagi diferensial untuk menyelesaikan masalah matematika. Adapun pengalaman belajar yang berupa berlatih menemukan rumus-rumus hasil bagi diferensial tidak relevan dengan obyektif tersebut. Dengan demikian pada langkah ini, kriteria validitas kita perhatikan.
2.      Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk mengaplikasikan rumus-rumus hasil bagi diferensial di dalam pemecahan masalah matematika yang ditekankan adalah turunan sampai jenis ke 2. Karena itu, pengalaman belajar yang cocok adalah mengobservasi segala macam bentuk grafikyang mempunyai harga ekstrim (bahkan grafik yang tidak mempunyai harga ekstrim) dan sekaligus mengaitkan interpretasi geometric dari konsep turunan. Dengan mengobservasi segala macam grafik itu berarti kriteria variasi menjadi perhatian kita.
3.      Pengalaman belajar yang berupa observasi segala macam bentuk grafik dan kemudian mengaitkan interpretasi geometric dari konsep turunan berarti sswa menyerap konsep harga ekstrim secara intuitif dan bukan secara deduktif. Pengalaman belajar yang demikian ini dipilih sebab pendekatan deduktif kaku (rigor) dipandang di luar kemampuan siswa SMU. Dengan demikian di dalam kita memilih pengalaman belajar kriteria kesiapan kita pergunakan. Dengan memperhatikan langkah-langkah bagaiman memilih pengalaman belajar, pikiran kita selalu terkait dengan materi. Cara berpikir yang demikian ini memang sesuai dengan model pengembangn kurikulum dimana pemilihan pengalaman belajar dan materi matematika menjadi satu komponen.
Sebagai penutup dari bab ini, perlu dikemukakan bahwa setelah materi matematika dan pengalaman belajarnya telah dipilih, kedua hal ini perlu disusun sehingga nampak jelas dukungan terhadap obyektif yang telah dirumuskan serta kaitannya antar materi dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa. Lebih baik lagi bila di samping itu, diberikan juga komentar. Komentar ini berfungsi untuk lebih menjelaskan hubungan antar materi atau antara materi dan pengalaman belajar. Dengan demikian akan mempermudah guru dalam menjabarkan lebih lanjut materi-materi yang akan disajikan di depan kelas. Untuk jelasnya, sekali lagi, kita pergunakan contoh-contoh yang telah dibicarakan pada materi sebelumnya.
Obyektif: ”siswa mampu menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaikan masalah matematika”.
Materi
Pengalaman belajar
1.      Rumus-rumus hasil bagi diferensial
a.       Mendengarkan informasi rumus-rumus hasil bagi diferensial dan turunannya
2.      Konsep turunan
b.      Berlatih menghitung turunan dari bermacam-macam fungsi
3.      Turunan ke 2
4.      Turunan ke n
c.       Mengobservasi grafik-grafik dan dikaitkan dengan interpretasi geometric dari konsep turunan
5.      Konsep harga ekstrim
6.      Masalah matematika yang berkaitan dengan hasil bagi diferensial
d.      Berlatih menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaikan masalah matematika

Penjelasan: turunan ke 2 untuk harga ekstrim ditekankan disini sebagai aplikasi terhadap masalah-masalah matematika yang elementer dan ini merupakan konsep-konsep dan teknik-teknik dasar untuk belajar lebih lanjut. Bila perlu, kecepatan dan percepatan dapat dipilih, namun hanya sekedar sebagai contoh saja. Melalui konsep turunan pertama, turunan kedua akan diserap dengan mudah oleh siswa, sebab konsep yang digunakan adalah sama. Interpretasi geometric menyederhanakan pengertian turunan kedua dan ini dapat digunakan untuk menjelaskan harga maksimum dan minimum secara intuitif, dan sama sekali tidak direkomendasikan dengan metode deduktif sebab metode deduktif untuk menjelaskan konsep harga ekstrim di luar kemampuan siswa SMU pada umumnya.






BAB II
MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
A.    PENDAHULUAN
Keterampilan dasar mengajar sangatlah penting bagi seorang guru yang profesional. Disamping menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar tersebut. Salah satunya adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Membuka pelajaran diibaratkan sebagai kepala manusia yang menggambarkan tidak hanya bentuk wajah, tapi juga suasana hati seseorang. Membuka pelajaran memberi gambaran nyata tentang pelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini membantu guru mendapatkan informasi langsung tentang kesiapan siswa di dalam mengikuti pelajaran. Sejauhmana siswa telah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan hendak dicapai. Dengan demikian pembelajaran akan dimulai sesuai dengan kondisi awal siswa di kelas tersebut. Pada dasarnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007) bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas. Jika dalam satu kegiatan pembelajaran membahas beberapa topik maka kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali (di awal dan akhir setiap penggal kegiatan).
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan guru harus berkaitan langsung dengan pambahasan materi pelajaran. Kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pembahasan materi pelajaran tidak termasuk dalam kegiatan membuka dan menutup pelajaran, misalnya kegiatan yang berkaitan dengan administrasi guru termasuk didalamnya memeriksa kehadiran siswa, menyiapkan bahan ajar. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan diterapkan oleh guru. Jika keterampilan ini lalai dalam menerapkannya maka kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak terarah dan akan mempengaruhi penguasaan pemahaman siswa akan pelajaran.
Apabila menurut pengamatan guru siswa masih belum siap untuk belajar, yang terlihat dari aktivitas dan perhatian siswa belum tertuju pada pembelajaran, guru harus memberi dorongan untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk memulai pembelajaran. Dorongan tersebut bisa berupa pemberian perhatian khusus pada anak-anak yang terlihat belum siap untuk belajar, mendekati anak mengajukan pertanyaan tentang diri anak dan bentuk-bentuk perhatian lainnya.  Apabila anak sudah siap untuk mengikuti pembelajaran, hal pertama yang dilakukan guru pada saat membuka pelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran. Ini penting bagi anak agar mereka siap secara psikologis. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran siswa tahu apa yang didapatkan dari pembelajaran tersebut serta apa manfaatnya bagi mereka. 
Penyampaian strategi pelajaran kepada siswa merupakan hal penting lainnya yang harus dilakukan guru di dalam membuka pelajaran. Bagi siswa ini merupakan gambaran bagaimana cara mereka mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Kapan dan bagaimana bentuk keikutsertaan mereka di dalam kegiatan pembelajaran. Bila diibaratkan naik perahu pembelajaran, mereka tahu kemana perahu tersebut akan menuju, bagaimana kondisi jalan akan dilewati, serta kapan dan apa yang harus mereka lakukan untuk membantu nakhoda mencapai tujuan. 
Penerapan kegiatan membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan oleh guru memiliki beberapa tujuan (Wardani dan Julaeha, 2007), yaitu:
Tujuan membuka pelajaran
·         Menyiapkan kondisi siap mental siswa untuk mengikuti kegiatan inti pelajaran
·         Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran
·         Memberikan gambaran batasan-batasan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa
·         Menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah diketahui dengan yang akan dipelajari
·         Memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilalui siswa
Tujuan menutup pelajaran
·         Memusatkan perhatian siswa pada akhir pelajaran
·         Memberi pemahaman yang utuh dan mantap tentang materi yang baru dibahas
·         Mengetahui tingkat pencapaian hasil pelajaran yang telah dilakukan (guru dan siswa)
·         Memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai hasil pembelajaran yang dicapai
Mengingat betapa pentingnya keterampilan membuka dan menutup palajaran, maka Kami berupaya menyusun hal-hal penting berkaitan dengan keterampilan membuka dan menutup palajaran agar dapat diaplikasikan oleh para pembaca maupun penyusun sendiri.Makalah yang disusun ini, bertujuan agar pembaca mampu:
·         Memahami pengertian membuka dan menutup pelajaran
·         Mengetahui tujuan membuka dan menutup pelajaran
·         Menjelaskan prinsip-prinsip membuka dan menutup pelajaran
·         Memahami komponen-komponen membuka dan menutup pelajaran  
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa atau pembaca dapat memahami lebih lanjut mengenai keterampilan dasar mengajar terutama keterampilan membuka dan menutup pelajaran .
B.     KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN)
Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian anak didik terpusat pada yang akan dipelajari. Siasat membuka pelajaran bertujuan pokok menyiapkan mental anak didik agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan menimbulkan minat serta pemusatan perhatian anak didik pada yang akan dibicarakan dalam kegiatan interaksi edukatif.
Membuka pelajaran dilakukan dengan Set Induction, yakni usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan interaksi edukatif untuk menciptakan prakondisi bagi anak didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada bahan yang akan dipelajarri sehingga memberi efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana siap mental yang akan dipelajarinya.
Contoh Set Induction pada pengenalan konsep baru :
Guru : “Nah anak-anak! Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok bahasan baru,yakni tentang Bangun Datar. Tetapi, sebelum kita pelajari lebih lanjut topic itu, cobalah perhatikan dahulu kedepan. Gambar apakah yang ibu pegang ini? Ya, kamu Indra!” dan seterusnya.


Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Awal pelajaran atau awal  setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1)       Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
a.     Gaya Mengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
b.      Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan  terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
c.       Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
2)      Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi
a.        Dengan Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
b.         Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
c.          Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3)      Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
a.          Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata.
b.      Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian kerjakan adalah :
Ø  Mengukur temperature yang belum dipanasi
Ø  Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
Ø  Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
c.        Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
     Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari   sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
d.      Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4)       Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
a.       Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
b.      Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan  sebelum mengerjakan pembagian.
c.       Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
C.     KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN
Menutup pelajaran (Closure), kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui tingkat pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukasi.
Usaha guru mengakhiri kegiatan interaksi edukatif :
1.      Merangkum/membuat garis-garis besar  persoalan yang baru dibahas
2.      Mengkonsolidasikan perhatian anak didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran yang bersangkutan
3.      Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kebutuhan yang beerarti dalam memahami materi yang baru dipelajari.
4.      Memberi ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta dipelajari kembali dirumah.
Komponen Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.
Cara yang dapat dilakukan adalah :
1)       Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
Ø  Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).
Ø  Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali). 
2)       Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
a.       Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas.
b.      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
c.       Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
d.      Soal-soal tertulis
Ø  Uraian
Ø  Tes objektif
Ø  Melengkapi lembar kerja

D.    TUJUAN PENGGUNAAN DALAM KELAS
1.      Mendorong anak didik agar siap menghadapi tugas yang segera akan diterima, dengan cara menarik perhatian anak didik dan menimbulkan motvasi anak didik
2.      Menunjukkan pada anak didik batas-batas tugasnya dan tetap terus mengerjakan tugasnya bila diperlukan
3.      Menyarankan anak didik agar dapat menggunakan pendekatan dalam mempelajari bahan-bahan pelajaran
4.      Menunjukkan pada anak didik hubungan anatara aspek-aspek dalam topic yang sedang dipelajari
5.      Menghasilkan pengetahuan sehingga anak didik mengetahui hubungan antara yang telah diketahui atau dialami, dengan yang dipelajari.
6.      Pengetahuan anak didik tentang fakta-fakta yang penting, keterampilan dan atau konsep dalam suatu episode penjelasan menjadi lebih kuat
7.      Anak didik mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran yang sedang berlangsung.
E.     PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN
1.      Kebermaknaan
Dalam menarik perhatian atau memperoleh motivasi anak didik, guna dapat memilih cara atau alat yang bermanfaat bagi anak didik dan yang memiliki relevansi dengan bahan pelajaran dan tujuan pengajaran
2.      Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas yang dilakukan guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali bagian-bagian pelajaran sebaiknya merupakan suatu kebulatan yang utuh. Hal ini untuk memperoleh minat anak didik yang relevan dan semuanya berkesinambungan dan berkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain dengan pengetahuan anak didik sebelumnya.