BAB I
PEMILIHAN MATERI DAN PENGALAMAN BELAJAR
MATEMATIKA
A. PENDAHULUAN
Masalah penting yang sering dihadapi guru
dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran
atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal
ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan
ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk "materi pokok".
Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi
bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar
juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara
mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari
pihak murid.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini,
secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman,
ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih
sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada
kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak
sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Buku pun tidak harus satu
macam dan bdak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku
dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.
Termasuk masalah yang sering dihadapi guru
berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi
pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu
dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang
tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan
buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun
rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu
memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat.
Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi
pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah
pemilihan, perlakuan/ pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
Perhatian
terhadap pengembangan kurikulum
matematika pada 20 sampai 30 tahun
terkhir ini di banyak di Negara di dunia ini menunjukkan bahwa sistem
pendidikan matematika tidak sesuai lagi untuk kebutuhan. Kebutuhan hidup di
masa kini terus berkembang bergantung kepada, dan dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kecendrungan semacam itu memerlukan akumulasi
pengetahuan dan kemampuan yang lebih beasr sehingga siswa memgerti benar-benar
bagaimana ia harus hidup. Orang harus memperbarui pengetahuan dan kemampuannya
sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-perubahan maupun
masalah-masalah yang dihadapi.
Kemajuan
Negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata 60%-80%
menggantungkan kepada matematika (santosa, 1976). Indonesia pun sebagai Negara
yang sedang berkembang memerlukan matematika. Matematikanya sendiri telah
berkembang dengan pesat sehingga, mengingat efektivitas dan efisiensinya, tidak
mungkin kita menjejali siswa dengan setumpuk matematika tanpa memperdulikan
kriteria tertentu. Dengan demikian pertanyaan yang menjadi “materi matematika yang
mana yang diperlukan agar materi yang tersusun di silabus matematika cukup
memberi dasar untuk memperoleh kemampuan pengembangan diri sendiri?”.
Di
Negara-negara yang maju secara kontinu mengembagkan kurikulum matematikanya
yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Perbedaan filosofi dan social budaya
mempunyai peranan yang penting di dalam menjawab empat pertanyaan kurikulum
matematika . Karena itu walaupun matematika itu bersifat universal, ini silabus
matematika seyogyanya tidak menjiplak silabus matematika dari Negara lain. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa Negara yang menjiplak dengan sedikit adaptasi
ternyata mengalami kegagalan. Misalnya silabus matematika Papua New Gunea yang
mengambil alih silabus Australia, hasilnya sangat mengecewakan bahkan gagal
total.
Karena
itu bila ingin mencontoh suatu silabus dari Negara asing, perlu diseleksi dan
disesuaikan dengan di Indonesia. Dengan demikian perlu diseleksi disesuaikan
keadaan Indonesia. Dengan demikian perlu kiranya dipikirkan bagaimana cara
memilih materi matematika yang diperlukan dan berguna bagi siswa. Sekaligus
kita pikirkan juga bagaiman cara memilih pengalaman belajar yang cocok untuk
siswa itu. Jadi sebenarnya kita sekarang berusaha mengisi komponen kedua dari
model pengembangan kurikulum yang kita bicarakan.
B. PEMILIHAN
MATERI MATEMATIKA
Pemilihan
materi ini merupakan jawab pertanyaan kurikulum “Apa” yaitu materi matematika
yang mana yang kita pilih. Pemilihan materi matematika tidak harus berorientasi
pada perguruan tinggi, sebab walaupun banyk profesi-profesi pada perguruan
tinggi memerlukan matematika, harus diingat tidak semua siswa akan memasuki
perguruan tinggi. Karena itu pemilihan materi matematika harus mempertimbangkan
kepentingan siswa.
Nampaknya
orang percaya bahwa makin banyak materi matematika yang diajarkan kepada siswa,
makin terpelajrlah siswa itu karena sebagaimana Prof. Bachtiar Rivai (1976)
mengatakan bahwa matematika sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan dalam arti
kata yang dalam. Adapun Bruner (1960) mengatakan bahwa banyak materi matematika
yang dapat diajarkan kepada siswa yang biasanya diajarkan pada perguruan tinggi
asalkan bahasa dan metode yang dipergunakan dapat dimengertioleh siswa.
Sheppard (175) di dalam laporannya juga mengatakan bahwa siswa-siwa pada tahap
operasi konkrit mampu menyelesaikan suatu masalah secara logic bila masalah
tersebut dipilih dengan menggunakan bahasa yang sederhana-tidak menggunakan
bahasa yang kompleks.
Di
dalam sidang komperensi matematika nasional bulan juli 1976, banyak pembicara
yang menunjukkan kegunaan matematika disegala ilmu pengetahuan dan teknologi
sampai kepada perencanaan kota. tidak dapat dipungkiri, pendidikan matematika
di sekolah, mulai dari SD ke SL anatara lain adalah untuk mempersiapkan
ahli-ahli ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kepada ahli perencanaan kota
tersebut. Jelas, materi matematika yang dianggap perlu diajarkan di sekolah
menjadi sangat banyak bahkan menjadi “terlampau sarat” mengingat waktu studi
matematika di sekolah sangat terbatas. Jadi memilih materi tersebut sudah
dipikirkan juga tentang pengalaman belajar yang lalu dan yang akan disajikan kepada
siswa. Karena matematika itu merupakan ilmu yang terstruktur dan cara
memikirkannya menggunakan abstraksi dan geralisasi, maka kesiapan intelektual
merupakan syarat mutlak bagi siswa yang mempelajari matematika. Kita harus
menyadari juga bahwa cara berfikir siswa itu berbeda dengan cara berfikir orang
dewasa. Misalnya kita sulit untuk menuntut siswa di tingkat permulaan sekolah
lanjutan untuk berfikir aksiomatik sebab pada tingkat ini anak pada umumnya di
dalam tahap transisi dari tahap berpikir operasi konkret ke operasi
formal. Dengan berpegang pada teori
perkembangan intelektual itu, kita tidak akan memperkosa kemampuan intelektual
anak, tetapi kita membimbing agar siswa secara wajar mencapai tahap operasi formal.
Dengan demikian matematika yang dipelajari siswa itu sesuai dengan perkembangan
intelektualnya sehingga matematika dipelajari tidak dirasakan sebagai paksaan
melainkan dengan perasaan senang atau wajar saja. siswa tidak apriori
dihinggapi matematika fobi.
Kriteria pemilihan materi
matematika
Dari
uraian di atas, jelas bahwa dalam menentukan materi matematika yang diajarkan
di sekolah, kita terbentur pada masalah tentang “porsi” yang tepat. Yang
dimaksud adalah usaha untuk mencapai suatu komposisi materi matematika yang
tepat dan kedalaman yang cukup sehingga silabus matematika di sekolah dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan kedalaman yang cukup berarti materi yang
disajikan itu tidak berlebihan, tetapi cukup untuk memberikan dasar kepada
siswa agar kelak mereka mampu mengembangan dirinya baik terhadap aplikasinya maupun
matematika sebagai ilmu murni.
Kecendrungan
pemilihan materi matematika adalah konsep-konsep dasar untuk menjamin kemapuan
dasar. penekanannya lebih kepada pembentukan kosep dan struktur daripada
sekedar teknik-teknik manipulasi sehingga diharapkan siswa mengerti matemayika
yang ia pelajari. Ini bukan berarti keterampilan melakukan operasi matematika
kita hilangkan sebab hal ini penting dan selalu digunakan.
Kecendrungan
tersebut di atas harus menjadi perhatian bagi seorang pengembanng kurikulum matematika
atau guru matematika. Namun sebagaimana yang telah dikemukakan, kriteria
pemilihan materi matematika secara umum adalah: kevaliditasan, kesignifikansian
serta kesiapan dan kegunaan.
1. validitas
Materi yang dipilh harus mendukung
tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian materi yang kita
pilih itu tidak menyimpang dari tujuan yang sudah kita tetapkan. Misalnya
obyektif yang telah kita tetapkan sebagai berikut: “siswa mampu menyelsaikan
masalah sehari-hari dengan persamaan kuadrat”. Materi yang dipilih akan
mendukung tercapainya tujuan tersebut adalah soal cerita yang penyelsaiannya
menggunakan persamaan kuadrat, bukan dengan persamaan pangkat tiga. Soal cerita
sendiri juga “terbatas” persoalan sehari-hari – jadi bukan misalnya mengenai
sain murni. dari contoh ini jelaslah bahwa materi yang kita pilih tidak
menjadi “berlebihan”.
2. signifikasi
Konsep-konsep disusun berhubungan
sedemikian hingga berurutan secara hirarki dan merupakan kesatuan yang utuh. Yang
perlu diperhatikan juga untuk konsep yang sama, harus dijamin bahwa suatu
konsep yang diajarkan di suatu tingkat tidak bertentangan dengan tingkat
sebelumnya atau berikutnya. Jadi yang boleh berbeda dengan cara penyampaian
saja. Misalnya kita hendak menyajikan tentang kosep fungsi. Yang
dipermasalahkan bagaimana ide fungsi diajarkan pada suatu tingkat tertentu.
3. Kesiapan
dan kegunaan
Materi yang dipilih untuk disajikan
harus mudah dipelajari siswa dan dapat dilaksanakan di depan kelas. Jadi di
sini nampak jelas, kesiapan siswa di dalam memilih materi perlu mendapat
perhtian yang serius. Di samping itu kegunaan dari materi yang dipilih itu
perlu mendapat perhatian. suatu topic yang dapat dipelajari dan diajarkan di
depan kelas namun tidak berguna bagi anak sebaiknya materi tersebut tidak
dipilih . Misalnya bilangan dengan basis 13 dapat dipelajari anak tetapi
barangkali kurang berguna bagi anak sehingga sebaiknya materi semacam itu tidak
kita pilih. Demikian juga operasi terhadap operasi (seperti operasi * terhadap
himpunan bilangan real yang didefiniskan sebagai a*b=a+3ab+b) sangat sulit
dipelajari siswa yang masih berada di tahap berpikir operasi konkrit belum siap
menerima pelajaran semacam itu. Eksperimen semacam itu telah dilakukan oleh
Collis (1975) dan ia membenarkan hal tersebut. Karena itu materi semacam itu
sebaiknya tidak dipilih untuk materi SD.
Mengenai konsep himpunan tidak hanya
berguna untuk mempelajari matematika selanjutnya, tetapi juga mudah dipelajari
oleh ssiwa pada tahap berpikir operasi konkrit. kemudahannya siswa mempelajari
kosep himpunan itu dijamin oleh teori piaget. Sisw-siswa pada tahap berpikir
operasi konkrit itu mampu mengklasifikasi obyek-obyek. Dengan demikian siswa
tahu bahwa suatu himpunan itu merupakan himpunan bagian dari keseluruhan.
Dengan demikian konsep himpunan sudah
sewajarnya kalau dipilih untuk diajarkan di SD. Jelaslah bahwa tinjauan kita
tidak hanya suatu materi itu berguna bagi siswa tetapi juga konsep-konsep yang
disajikan itu haruslah sesuai dengan kemampuan siswa. Pengalaman-pengalaman
belajar yang lalu juga sangat bermanfaat untuk mendapatkan
pengalaman-pengalaman belajar baru.
Langkah-langkah
memilih materi matematika
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar,
terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok
pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk
diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak
hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain,
pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan
ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis
besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah
berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah
ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih
sumber bahan ajar.
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan
bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum
menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai
siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi
dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran.
Setiap
aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan
ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan
dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a. Materi jenis fakta adalah materi berupa
nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama
bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
b. Materi konsep berupa pengertian, definisi,
hakekat, inti isi.
c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus,
postulat adagium, paradigma, teorema.
d. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan
sesuatu secara urut.
e. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi:
pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari
gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan.
Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak
dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek
yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi
yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi.
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang
berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah
dengan menggunakan "jembatan keledai", "jembatan ingatan"
(mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah
"demonstrasi".
Cara
yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan
diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan
mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip,
prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik.
Berikut
adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi
pembelajaran:
a) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa berupa mengingat nama suatu objek, ? Kalau jawabannya "ya" maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah "fakta".
Contoh:
Kaitan kata “lima” dan symbol “5” dan
sebagainya.
b) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas
sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai
dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya "ya" berarti materi yang
harus diajarkan adalah "konsep".
Contoh :
Seorang guru menunjukkan beberapa contoh
bangun datar kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan mana yang termasuk “segitiga” dan “yang bukan termasuk segitiga”.
c) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara
urut untuk menemukan suatu konsep atau rumus ? Bila "ya" maka materi
yang harus diajarkan adalah "prosedur".
Contoh :
Langkah-langkah menetukan rumus keliling dan
luas daerah lingkaran.
d) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan
hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya "ya", berarti
materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori "prinsip".
Contoh :
dua segitiga dikatakan kongruen jika dua
pasang sisinya sama panjang dan sudut yang diapit kedua sisi itu sama besar.
4. Memilih sumber bahan ajar
Setelah
jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar.
Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber
seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual,
dsb.
Berikut
ini diberikan suatu contoh langkah-langkah untuk memilih suatu materi matematika,
misalnya untuk SMU, dengan menggunakan kriteria di atas.
1. Misalnya
obyektif yang telah dirumuskan sebagai berikut
“Siswa
mampu menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelesaikan
masalah-masalah matematika”. Materi yang mendukung pencapaian obyektif itu
adalah rumus-rumus integral tidak pada tempatnya untuk dipilih walaupun
sebenarnya integral merupakan kebalikan dari hasil bagi diferensial dan
turunannya didasarkan atas kriteria validitas.
2. Konsep-konsep
hasil bagi diferensial dan turunannya perlu kita susun secara hirarki hingga
memungkinkan untuk menyelsaikan masalah-masalah matematika.
Contoh: konsep harga
ekstrim
urutan
hasil bagi konsep diferensial sampai harga ekstrim
Dalam
menjelaskan konsep harga ekstrim dengan menggunakan konsep turunan harus dijaga
jangan sampai terjadi kontradiksi dengan pada saat menjelaskan konsep harga
ekstrim dengan menggunkan grafik. Yang diutamakan di sini bagaimana menjelaskan
ide harga ekstrim dengan menggunakan konsep turunan. Langkah ke-2 ini
menunjukkan kriteria signifikasi menjadi perhatian kita dalam menyusun materi
yang akan kita ajarkan kepad siswa.
3. Siswa
SMU pada umumnya sudah berada dalam tahap berpikir formal.
Penjelasan
yang menggunakan sifat-sifat dan grafik sudah dapat dimengerti para siswa. Rumus-rumus
juga sudah dapat ditangkap dengan baik oleh para siswa. Dengan demikian para
siswa memang sudah siap menerima materi semacam itu.
Hanya
ekstrim dengan menggunakan turunan itu memudahkan penyelesaian masalah-masalah
matematika yang elementer dan merupakan konsep-konsep serta teknik-teknik dasar
untuk studi lebih lanjut. Hasil bagi diferensial, turunan-turunannya dan harga
ekstrim sangat berguna untuk matematika terpakai. Jelas pemilihan materi-materi
matematika tersebut menggunakan krieteria kesiapan dan kegunaan.
Dari
uraian di atas jelas bahwa untuk mencapai obyektif “siswa mampu menggunakan
rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaiakan masalah-masalah
matematika” materi matematika yang diperlukan adalah konsep hasil bagi
diferensial dan rumus-rumusnya sampai kepada konsep harga ekstrim. penekanan
kiranya cukup jelas kepada jenis ke 2 sebagai alat untuk menyelsaikan
masalah-masalah sederhana yang berkaitan dengan harga ekstrim.
Prinsip-prinsip
pemilihan bahan ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam
pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi
pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus
meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
C. PEMILIHAN
PENGALAMAN BELAJAR
Pemilihan
pengalaman belajar ini juga merupakan jawaban pertanyaan kurikulum “Apa” yaitu pengalaman
belajar yang mana yang akan dipilih. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab
atau pembahasan sebelumnya bahwa pengalaman belajr dilukiskan sebagai interaksi
anatara siswa dan materi matematika yang dipelajari siswa sehingga interaksi
itu menyebabkan perubahan tingkah laku siswa. Jadi di sini Nampak bhwa
pengalaman belajar merupakan suatu proses dan bukan menunjukkan hasil . Jelas
pula bahwa tidak sembarang pengalaman belajar akan menjamin terjadinya proses
interaksi antara siswa dan materi matematika yang disajikan. Dengan demikian
pemilihan pengalaman belajar memerlukan kriteria sehingga pengalaman belajar
yang kita pilih dapat menjamin terjadinya interkasi antar siswa dan materi
matematika yang kita pilih.
Kriteria pemilihan penglaman
belajar
Proses
belajar akan berjalan sebagaiman mestinya bila siswa ikut berpartisispasi
dengan aktif. Pemilihan jenis pengalaman belajar cenderung kepada bagaimana
mengaktifkan siswa di dalam mempelajari materi matematika. Tentu saja
pengalaman belajar yang lampau sanagt mempengaruhi proses belajar yang sedang
dialami siswa. Kalau pengalaman belajar yang lamapau hany sekedar berlatih
keterampilan memanipulasi symbol-simbol tanpa pengertian, dikhawatirkan proses
pemahaman terhadap konsep-konsep baru tidak dapat tercapai.
Mirip
dengan kriteria pemilihan materi yang telah disebutkan, terdapat tiga kriteria
pemilihan pengalaman belajar, yaitu: validitas, variasi serta kesiapan
1. Validitas
Penglaman belajar yang kita pilih
haruslah yang dapat membantu tercapainya obyektif. Pengalaman belajar yang kita
berikan kepada siswa hendaknya dapat mengubah tingkah laku siswa sehingga siswa
tersebut menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan kehendak kita. Misalnya
obyektif yang kita rumuskan sebagai berikut:”diberikan data matematik, siswa
mampu merumuskan generalisasinya”. Jika pengalaman belajar yang diberikan
kepada siswa hanya mendengar informasi guru bagaimana membuat generalisasi,
maka pada umumnya siswa tidak akan mencapai obyektif itu. Tetapi apabila
pengalaman belajar itu berlatih menemukan pola-pola sehingga siswa mampu
merumuskan generalisasi, maka pengalamn belajar yang semacam ini akan menjamin
tercapainya obyektif itu. Hal ini disebabkan pengalaman belajar siswa memenag
mendukung tercapainya obyektif.
Contoh lain, obyektif dirumuskan sebagai
berikut: ”siswa mampu mengatakan kembali definisi-definisi yang telah
dipelajari”. Pengalaman belajar yang dapat mendukung obyektif itu cukup dengan
mempelajari definisi-definisi melalui membaca atau mendengarkan infornmsi saja;
artinya tidak perlu harus berlatih merumuskan definisi definisi tersebut dengan
bahasa siswa sendiri.
2. Variasi
Untuk
memperlancar tercapainya obyektif, pengalaman belajar yang diberikan kepada
siswa untuk suatu konsep harus bervariasi. Dengan memberikan pengalaman belajar
dalam bentuk situasi yang bermacam-macam untuk suatu konsep matematika, siswa akan
lebih mudah mencapai obyektif itu. Misalnya: “siswa mampu mengatakan kembali
definisi-definisi yang telah dipelajari”. Informasi yang di dengar atau dibaca
siswa itu tentunya tidak hanya sekedar terdiri atas satu atau dua kalimat yang
dengan tepat mendefinisikan suatu kosep misalnya, tetapi sebelum definisi
fungsi yang tepat diberikan siswa menerima informasi berupa contoh-contoh yang
menunjukkan fungsi atau bahkan juga yang bukan fungsi sesuai dengan pengalamn
belajar siswa yang lampau.
3. Kesiapan
Pengalaman
belajar yang diberikan kepada siswa hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual siswa. misalnya untuk siswa SMP kleas 1, tentunya tidak pada
tempatnya bila pengalaman belajar yang berupa pembuktian teorema-teorema dengan
metode deduktif. Barangkali cukuplah sudah bila pengalaman belajar yang
diberikan kepada siswa SMP kelas 1 itu berupa membuktikan teorema-teorema
secara intuitif saja.
Dengan
demikian juga pengalaman-pengalaman belajar yang lampau sangat mempengaruhi
pengalaman-pengalaman belajar baru. Pengalaman belajar yang lalu itu
memungkinkan adanya struktur kognitif siswa untuk memudahkan asimilasi terhadap
pengalaman-pengalaman baru. Faktor-faktor tahap berpikir siswa dan pengalaman
belajar yang lampau menetukan kesiapan siswa untuk menerima
pengalaman-pengalaman baru.
Langkah-langkah memilih pengalaman
belajar
Berikut
ini diberikan suatu contoh langkah-langkah untuk memilih pengalaman belajar,
misalnya untuk SMU dengan menggunakan kriteria di atas. Adapun materi
matematika yang kita pilih sama dengan apa yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya.
1. Obyektif
yang dirumuskan: “siswa mampu menggunakan rumus hasil bagi diferensial untuk
menyelsaikan masalah-masalah matematika”. Pengalaman belajar yang relevan
dengan obyektif ini misalnya, adalah mendengarkan informasi, berlatih
menghitung turunan untuk bermacam-macam fungsi, berlatih menggunakan
aturan-aturan hasil bagi diferensial untuk menyelesaikan masalah matematika. Adapun
pengalaman belajar yang berupa berlatih menemukan rumus-rumus hasil bagi
diferensial tidak relevan dengan obyektif tersebut. Dengan demikian pada
langkah ini, kriteria validitas kita perhatikan.
2. Sebagaimana
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk mengaplikasikan rumus-rumus hasil
bagi diferensial di dalam pemecahan masalah matematika yang ditekankan adalah
turunan sampai jenis ke 2. Karena itu, pengalaman belajar yang cocok adalah
mengobservasi segala macam bentuk grafikyang mempunyai harga ekstrim (bahkan
grafik yang tidak mempunyai harga ekstrim) dan sekaligus mengaitkan
interpretasi geometric dari konsep turunan. Dengan mengobservasi segala macam
grafik itu berarti kriteria variasi menjadi perhatian kita.
3. Pengalaman
belajar yang berupa observasi segala macam bentuk grafik dan kemudian
mengaitkan interpretasi geometric dari konsep turunan berarti sswa menyerap
konsep harga ekstrim secara intuitif dan bukan secara deduktif. Pengalaman
belajar yang demikian ini dipilih sebab pendekatan deduktif kaku (rigor)
dipandang di luar kemampuan siswa SMU. Dengan demikian di dalam kita memilih
pengalaman belajar kriteria kesiapan kita pergunakan. Dengan memperhatikan
langkah-langkah bagaiman memilih pengalaman belajar, pikiran kita selalu
terkait dengan materi. Cara berpikir yang demikian ini memang sesuai dengan
model pengembangn kurikulum dimana pemilihan pengalaman belajar dan materi
matematika menjadi satu komponen.
Sebagai
penutup dari bab ini, perlu dikemukakan bahwa setelah materi matematika dan
pengalaman belajarnya telah dipilih, kedua hal ini perlu disusun sehingga nampak
jelas dukungan terhadap obyektif yang telah dirumuskan serta kaitannya antar
materi dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa. Lebih baik lagi
bila di samping itu, diberikan juga komentar. Komentar ini berfungsi untuk
lebih menjelaskan hubungan antar materi atau antara materi dan pengalaman
belajar. Dengan demikian akan mempermudah guru dalam menjabarkan lebih lanjut
materi-materi yang akan disajikan di depan kelas. Untuk jelasnya, sekali lagi,
kita pergunakan contoh-contoh yang telah dibicarakan pada materi sebelumnya.
Obyektif:
”siswa mampu menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaikan
masalah matematika”.
Materi
|
Pengalaman
belajar
|
1.
Rumus-rumus hasil bagi
diferensial
|
a.
Mendengarkan informasi
rumus-rumus hasil bagi diferensial dan turunannya
|
2.
Konsep turunan
|
b. Berlatih
menghitung turunan dari bermacam-macam fungsi
|
3.
Turunan ke 2
|
|
4.
Turunan ke n
|
c. Mengobservasi
grafik-grafik dan dikaitkan dengan interpretasi geometric dari konsep turunan
|
5.
Konsep harga ekstrim
|
|
6.
Masalah matematika yang berkaitan
dengan hasil bagi diferensial
|
d. Berlatih
menggunakan rumus-rumus hasil bagi diferensial untuk menyelsaikan masalah
matematika
|
Penjelasan:
turunan ke 2 untuk harga ekstrim ditekankan disini sebagai aplikasi terhadap
masalah-masalah matematika yang elementer dan ini merupakan konsep-konsep dan
teknik-teknik dasar untuk belajar lebih lanjut. Bila perlu, kecepatan dan
percepatan dapat dipilih, namun hanya sekedar sebagai contoh saja. Melalui
konsep turunan pertama, turunan kedua akan diserap dengan mudah oleh siswa,
sebab konsep yang digunakan adalah sama. Interpretasi geometric menyederhanakan
pengertian turunan kedua dan ini dapat digunakan untuk menjelaskan harga
maksimum dan minimum secara intuitif, dan sama sekali tidak direkomendasikan
dengan metode deduktif sebab metode deduktif untuk menjelaskan konsep harga
ekstrim di luar kemampuan siswa SMU pada umumnya.
BAB II
MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
A. PENDAHULUAN
Keterampilan dasar mengajar sangatlah penting
bagi seorang guru yang profesional. Disamping menguasai substansi bidang studi
yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang
untuk keberhasilan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Pada
kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional
dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar tersebut. Salah
satunya adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian
yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Membuka pelajaran diibaratkan
sebagai kepala manusia yang menggambarkan tidak hanya bentuk wajah, tapi juga
suasana hati seseorang. Membuka pelajaran memberi gambaran nyata tentang
pelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini membantu guru mendapatkan
informasi langsung tentang kesiapan siswa di dalam mengikuti pelajaran.
Sejauhmana siswa telah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan hendak
dicapai. Dengan demikian pembelajaran akan dimulai sesuai dengan kondisi awal
siswa di kelas tersebut. Pada
dasarnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan
dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan
mengakhiri suatu pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan
bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat
pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007)
bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk
memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah
kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas. Jika dalam
satu kegiatan pembelajaran membahas beberapa topik maka kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali (di
awal dan akhir setiap penggal kegiatan).
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan guru harus berkaitan
langsung dengan pambahasan materi pelajaran. Kegiatan lain yang tidak
berhubungan dengan pembahasan materi pelajaran tidak termasuk dalam kegiatan membuka dan menutup pelajaran, misalnya kegiatan yang berkaitan
dengan administrasi guru termasuk didalamnya memeriksa kehadiran siswa,
menyiapkan bahan ajar. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar
mengajar yang harus dikuasai dan diterapkan oleh guru. Jika keterampilan ini
lalai dalam menerapkannya maka kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak terarah
dan akan mempengaruhi penguasaan pemahaman siswa akan pelajaran.
Apabila menurut pengamatan guru siswa masih
belum siap untuk belajar, yang terlihat dari aktivitas dan perhatian siswa
belum tertuju pada pembelajaran, guru harus memberi dorongan untuk menciptakan
kondisi yang kondusif untuk memulai pembelajaran. Dorongan tersebut bisa berupa
pemberian perhatian khusus pada anak-anak yang terlihat belum siap untuk
belajar, mendekati anak mengajukan pertanyaan tentang diri anak dan
bentuk-bentuk perhatian lainnya. Apabila anak sudah siap untuk mengikuti
pembelajaran, hal pertama yang dilakukan guru pada saat membuka pelajaran
adalah menyampaikan tujuan pembelajaran. Ini penting bagi anak agar mereka siap
secara psikologis. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran siswa tahu apa yang
didapatkan dari pembelajaran tersebut serta apa manfaatnya bagi mereka.
Penyampaian strategi pelajaran kepada siswa
merupakan hal penting lainnya yang harus dilakukan guru di dalam membuka
pelajaran. Bagi siswa ini merupakan gambaran bagaimana cara mereka mencapai
kompetensi yang sudah ditetapkan. Kapan dan bagaimana bentuk keikutsertaan
mereka di dalam kegiatan pembelajaran. Bila diibaratkan naik perahu
pembelajaran, mereka tahu kemana perahu tersebut akan menuju, bagaimana kondisi
jalan akan dilewati, serta kapan dan apa yang harus mereka lakukan untuk
membantu nakhoda mencapai tujuan.
Penerapan kegiatan membuka dan menutup pelajaran yang
dilakukan oleh guru memiliki beberapa tujuan (Wardani dan Julaeha, 2007),
yaitu:
Tujuan
membuka pelajaran
·
Menyiapkan
kondisi siap mental siswa untuk mengikuti kegiatan inti pelajaran
·
Membangkitkan
motivasi dan perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran
·
Memberikan
gambaran batasan-batasan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa
·
Menyadarkan
siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah diketahui dengan yang
akan dipelajari
·
Memberikan
gambaran tentang kegiatan yang akan dilalui siswa
Tujuan
menutup pelajaran
·
Memusatkan
perhatian siswa pada akhir pelajaran
·
Memberi
pemahaman yang utuh dan mantap tentang materi yang baru dibahas
·
Mengetahui
tingkat pencapaian hasil pelajaran yang telah dilakukan (guru dan siswa)
·
Memberikan
tindak lanjut yang diperlukan sesuai hasil pembelajaran yang dicapai
Mengingat betapa pentingnya keterampilan
membuka dan menutup palajaran, maka Kami berupaya menyusun hal-hal penting
berkaitan dengan keterampilan membuka dan menutup palajaran agar dapat
diaplikasikan oleh para pembaca maupun penyusun sendiri.Makalah yang disusun
ini, bertujuan agar pembaca mampu:
·
Memahami pengertian membuka dan menutup pelajaran
·
Mengetahui tujuan membuka dan menutup pelajaran
·
Menjelaskan prinsip-prinsip membuka dan menutup pelajaran
·
Memahami komponen-komponen membuka dan menutup
pelajaran
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
adalah mahasiswa atau pembaca dapat memahami lebih lanjut mengenai keterampilan
dasar mengajar terutama keterampilan membuka dan menutup pelajaran .
B. KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN)
Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan
siap mental dan menimbulkan perhatian anak didik terpusat pada yang akan
dipelajari. Siasat membuka pelajaran bertujuan pokok menyiapkan mental anak
didik agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan
menimbulkan minat serta pemusatan perhatian anak didik pada yang akan
dibicarakan dalam kegiatan interaksi edukatif.
Membuka pelajaran dilakukan dengan Set Induction, yakni usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan interaksi edukatif untuk menciptakan prakondisi bagi anak didik
agar mental maupun perhatiannya terpusat pada bahan yang akan dipelajarri
sehingga memberi efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain,
kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana siap mental yang akan
dipelajarinya.
Contoh
Set Induction pada pengenalan konsep
baru :
Guru
: “Nah anak-anak! Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok
bahasan baru,yakni tentang Bangun Datar. Tetapi, sebelum kita pelajari lebih
lanjut topic itu, cobalah perhatikan dahulu kedepan. Gambar apakah yang ibu
pegang ini? Ya, kamu Indra!” dan seterusnya.
Komponen
Keterampilan Membuka Pelajaran
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran
guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu
adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1)
Menarik
Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
a. Gaya
Mengajar Guru
Perhatian
dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan
yang berbeda dari biasanya.
b. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti
: gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah
diketahui dengan hal yang dipelajari.
c. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa,
siswa-siswa, siswa-guru.
2)
Menimbulkan Motivasi
Cara
untuk menimbulkan motivasi
a. Dengan
Hangat dan Antusias
Hendaknya
ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan
kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
b.
Menimbulkan
Rasa Ingin Tahu
Melontarkan
ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan
sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk
mengapa banyak penduduk di pulau jawa tidak mau
transmigrasi.
c.
Dengan
Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan
topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada
jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3)
Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu
usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus
dipelajari.
Untuk
itu cara yang dilakukan adalah :
a.
Mengemukakan
tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih
dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru :
hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu
berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata.
b.
Menyarankan
Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya
adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari
materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada
temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian
kerjakan adalah :
Ø Mengukur temperature yang belum dipanasi
Ø Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan
air dalam gelas ini
Ø Jika air sudah mendidih catatlah berapa
suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
c. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan
hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan
lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang
hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah
bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang
mengandung biji besi dan yang lain tidak.
d. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan
diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi
isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum
memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk
membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4)
Membuat
Kaitan
Jika
guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat
ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman
hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut
dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
a. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali
sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau
merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
b. Cara membandingkan atau mempertentangkan
dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya
dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru
bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
c. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian
lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
C. KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN
Menutup pelajaran (Closure),
kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri
kegiatan interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui
tingkat pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
interaksi edukasi.
Usaha guru mengakhiri kegiatan
interaksi edukatif :
1. Merangkum/membuat garis-garis
besar persoalan yang baru dibahas
2. Mengkonsolidasikan perhatian anak
didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran yang bersangkutan
3. Mengorganisasi semua kegiatan atau
pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kebutuhan yang
beerarti dalam memahami materi yang baru dipelajari.
4. Memberi ajakan agar materi yang baru
dipelajari jangan dilupakan serta dipelajari kembali dirumah.
Komponen Menutup Pelajaran
Menjelang
akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan
penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok
materi.
Cara yang dapat dilakukan adalah :
1)
Meninjau
Kembali
Akhir
kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah
dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
Ø Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama
proses PBM).
Ø Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya
ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa
mempelajarinya kembali).
2)
Mengevaluasi
Salah
satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
a. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah
selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan
kelas.
b. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru
merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
c. Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang
keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
d. Soal-soal tertulis
Ø Uraian
Ø Tes objektif
Ø Melengkapi lembar kerja
D. TUJUAN PENGGUNAAN DALAM KELAS
1. Mendorong anak didik agar siap
menghadapi tugas yang segera akan diterima, dengan cara menarik perhatian anak
didik dan menimbulkan motvasi anak didik
2. Menunjukkan pada anak didik
batas-batas tugasnya dan tetap terus mengerjakan tugasnya bila diperlukan
3. Menyarankan anak didik agar dapat
menggunakan pendekatan dalam mempelajari bahan-bahan pelajaran
4. Menunjukkan pada anak didik hubungan
anatara aspek-aspek dalam topic yang sedang dipelajari
5. Menghasilkan pengetahuan sehingga
anak didik mengetahui hubungan antara yang telah diketahui atau dialami, dengan
yang dipelajari.
6. Pengetahuan anak didik tentang
fakta-fakta yang penting, keterampilan dan atau konsep dalam suatu episode
penjelasan menjadi lebih kuat
7. Anak didik mengetahui tingkat
keberhasilannya dalam pelajaran yang sedang berlangsung.
E. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN
1.
Kebermaknaan
Dalam
menarik perhatian atau memperoleh motivasi anak didik, guna dapat memilih cara atau
alat yang bermanfaat bagi anak didik dan yang memiliki relevansi dengan bahan
pelajaran dan tujuan pengajaran
2.
Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas
yang dilakukan guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali bagian-bagian
pelajaran sebaiknya merupakan suatu kebulatan yang utuh. Hal ini untuk
memperoleh minat anak didik yang relevan dan semuanya berkesinambungan dan
berkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain dengan pengetahuan anak
didik sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar